Mukoddimah
SHOLAWAT merupakan amalan yang teramat sangat mulia yang memiliki keistimewaan, keutamaan dan keajaiban yang sangat luar biasa dahsyatnya
BERSHOLAWAT kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam merupakan salah satu BENTUK KETAATAN yang luar biasa kepada Allah subhanahu wata’ala sekaligus menunjukkan BUKTI MAHABBAH (KECINTAAN) yang mendalam kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam
A. Makna Sholawat
Dalam surat Al-Ahzab ayat 56 Allah Subhanahu wata’aalaa berfirman :
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰۤىِٕكَتَهُۥ یُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِیِّۚ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَیۡهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسۡلِیمًا }
“Sesungguhnya Allah (Subhanahu wata’ala) dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi (Muhammad shalallahu alaihi wasallam). Wahai orang-orang yang beriman ! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Ayat di atas terdiri dari dua kalimat. Pertama merupakan خَبَرٌ/Khobar (kalimat pemberitahuan atau pernyataan). Allah Subhanahu wata’aalaa menyatakan atau memberitahukan bahwa diriNya beserta para MalaikatNya bersholawat kepada nabi (Muhammad shalallahu alaihi wasallam). Kedua merupakan اَمْرٌ (kalimat perintah.)Allah Subhanahu wata’aalaa memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk bersholawat kepada nabi Muhammad shalallahu alayhi.
1. Penjelasan Makna Perkata
Para mufassirun (ahli tafsir) menjelaskan secara grammatikal (ilmu tata bahasa) bahasa Arab huruf dan kata yang terdapat dalam ayat di atas sebagai berikut :
a. Huruf إِنَّ (inna) yang berarti sesungguhnya atau bahwasanya disebut juga حَرْفُ تَوْكِدٍ (harfu taukid) atau huruf yang berfungsi sebagai stressing (penekanan), penguatan dan penegasan. Fungsi huruf إِنَّ (inna) di awal ayat di atas adalah Allah Subhanahu wata’aalaa ingin menegaskan, menguatkan serta meyakinkan kepada orang-orang beriman khusunya akan kebenaran firmanNya (pernyataanNya) bahwa Dia (Allah Subhanahu wata’aalaa) beserta seluruh MalaikatNya benar-benar bersholawat kepada nabi Muhammad shalallahu alayhi wasallam.
b. Lafadz ٱللَّهَ adalah Lafdzul Jalalah “Al-Ilah” dan “Ilah” bermakna “Ma’luh” yaitu zat yang disembah dan diIbadahi. Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wata’aalaa langsung menyebut dzatNya “sesungguhnya Allah” bukan “sesungguhnya Aku”, Tujuannya adalah dalam rangka memuliakan dan mengagungkan nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
c. Kata مَلَـٰۤىِٕكَة (para Malaikat) berbentuk jama’ (plural). Bentuk tunggalnya adakah مَلَكٌ (seorang Malaikat). Allah Subhanahu wata’aalaa sengaja menyertakan para MalaikatNya lagi-lagi tujuannya adalah dalam rangka memuliakan dan mengagungkan nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
d. Kata َيُصَلُّوْن (bersholawat) dalam ayat di atas adalah fi’lun mudhori’ (kata kerja yang menunjukkan sebuah pekerjaan yang dikerjakan sekarang (haal) dan berlanjut di waktu yang akan datang (Istiqbaal) secara istimror (berkesinambungan, kontinyu atau terus menerus dan tidak ada hentinya)
Maka dari itu menurut para mufassirun (ahli tafsir), maksud yang sesungguhnya dari ayat di atas adalah :
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’aalaa beserta seluruh malaikatNya SELALU DAN TERUS MENERUS BERSHOLAWAT KEPADA NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM TIDAK ADA HENTINYA. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi Muhammad dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya SECARA TERUS MENERUS DAN JANGAN SAMPAI PERNAH BERHENTI SAMPAI WAFAT”
Kalau Allah Subhanahu wata’aalaa beserta seluruh malaikatNya saja tak henti-hentinya bersholawat kepada nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, bagaimana dengan kita … ???
e. Kata ٱلنَّبِىِّ (annabiyyu) memiliki kata sandang al ( ْاَل ) berbentuk ma’rifah. Ini memberikan arti bahwa kata benda yang ditunjuk telah jelas, atau paling tidak bahwa kata benda ini pernah dibahas atau diketahui dengan jelas. Akan tetapi untuk mengetahui nabi siapa yang dimaksud dalam ayat di atas membutuhkan penjelasan dari para mufassirun (ulama-ulama tafsir) khususnya.
Dalam ayat sholawat tersebut Allah Subhanahu wata’aalaa memakai kata ‘ nabi ‘ dan tidak menyebut langsung nama Muhammad, padahal biasanya setiap kali Allah Subhanahu wata’ala menceritakan atau menyebutkan salah seorang nabi–Nya, Allah Subhanahu wata’aalaa pasti menyebut nama nabi yang bersangkutan. Seperti yang termaktub dalam surat Ali-Imran ayat 68 berikut ini :
إِنَّ أَوۡلَى ٱلنَّاسِ بِإِبۡرَ ٰهِیمَ لَلَّذِینَ ٱتَّبَعُوهُ وَهَـٰذَا ٱلنَّبِیُّ وَٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ۗ وَٱللَّهُ وَلِیُّ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ
“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi Ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman“
Sedangkan dalam ayat shalawat ini, Allah Subhanahu wata’aalaa tidak menyebut satu pun nama nabi.
Mayoritas mufassirun (para ulama tafsir) sepakat bahwa yang dimaksud kata nabi dalam ayat sholawat adalah Muhammad Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Hal ini dapat difahami melalui ayat berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu nabi lalu nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. cara yang demikian itu lebih Suci bagi hatimu dan hati mereka. dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri – isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah “ ( QS : 033 : Al Ahzab : ayat : 53 )
Hal ini dikuatkan juga dengan kelanjutan ayat salawat tersebut yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadaNya“ yang mengkhususkan perintah tersebut kepada orang-orang yang beriman ( mukminin) yang merupakan sebutan yang lazim diberikan kepada pengikut Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dan bukan kepada pengikut nabi yang lain.
Selain itu, dengan melihat dari asal katanya. Kata ‘ nabi ‘ berasal dari kata ‘ naba’a ‘ yang berarti “ yang memberi kabar “. Seharusnya kata nabi diakhiri dengan hamzah sehingga dibaca nabi’un, tapi dalam kenyaannya tidak demikian.
Menurut Zamakhsyari, hal ini menunjukkan kemuliaaan dan kedekatan rasulullah dengan Allah Subhanahu wata’aalaa. Dan Sibawaih mengatakan bahwa kata nabi’un berkonotasi negatif sehingga sangat jarang dipakai dalam pembicaraan orang Arab. Kata ‘ nabi ‘ lebih agung dan lebih bermakna dibandingkan dengan kata ‘ nabi’un ‘ dan Rasullullah sendiri telah melarang para sahabat memanggi beliau dengan sebutan ‘ Nabi’ullah ‘ dan memerintahkan untuk memanggil beliau dengan sebutan ‘ Nabiyullah ‘.
2. Makna Sholawat Secara leksikal (bahasa)
Al-Raghib al-Asfahani, seorang pakar bahasa arab, dalam karyanya mu’jam al-Mufradat li Alfaz al-Qur’an, mengatakan bahwa secara leksikal (bahasa), kata as-shalawât ( الصلوات ) merupakan bentuk jamak (plural) dari kata as-shalât ( الصلاة ) yang berarti DO’A. Diantara yang mendasarinya adalah hadits berikut ini :
عن ابي هريرة رضي الله عنه قَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ): إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَـى طَعَامٍ فَلْيُجِبْ، وَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ. رواه امام مسلم
“Apabila seseorang dari kalian diundang makan, maka penuhilah undangan itu. Apabila ia tidak berpuasa, maka makanlah (hidangannya), tetapi jika ia sedang berpuasa, maka hendaklah ia mendo’akan (orang yang mengundangnya)” .( HR. Muslim no. 1431 , Ahmad 2/507, al-Baihaqi 7/263 dari Abu Hurairah)
3. Makna Shalawat secara Tekhnikal (istilah/Syari’at)
Adapun makna Shalawat secara Tekhnikal (istilah/Syari’at), sebagaimana termaktub dalam al-Quran dan Sunah mengandung dua pengertian:
Pertama: al-shalat adalah ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dalamnya terdapat rukuk dan sujud. Dinamakan demikian karena padanya mengandung doa.
Kedua: Puji-pujian, penghormatan dan pengagungan yang ditujukan kepada baginda Rasulullah saw, sesuai dengan firman Allah SWT yang tercantum dalam surat al-Ahzab ayat 56
Bila shalawat memiliki makna dasar berdo’a sebagaimana dijelaskan dari sisi bahasa di atas, timbul pertanyaan, apa makna shalawat yang berasal dari Allah Subhanahu wata’aalaa, para malaikat dan orang-orang mukmin ?
Apa maksud Allah Subhanahu wata’aalaa bershalawat kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi ? Apakah Allah Subhanahu wata’ala mendoakan Beliau ? Bila iya, lalu Allah Subhanahu wata’aalaa berdo’a kepada siapa ? Dan apa faedah shalawatnya para malaikat dan orang-orang mukmin juga diperintah untuk bershalawat ? Tidakkah shalawat-Nya Allah Subhanahu wata’aalaa sudah lebih dari cukup sehingga tak dibutuhkan lagi sholawat dari selain-Nya ?
Pertanyaan lainnya yang muncul adalah apa mungkin kita yang bergelimang dosa ini dan tidak ada jaminan masuk sorga, mendoakan Rasulullah shalallahu alaihi yang maksum dari dosa dan sudah dijamin masuk sorga.
Berikut ini penjelasan sebagian mufassirun (para ulama tafsir) terkait makna sholawat Allah Subhanahu wata’aalaa, Para Malaikat dan orang-orang beriman.
Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al Anshari al Qurthubi atau dikenal dengan Imam Qurthubi dalam kitab tafsir Al-Jami’ liahkam al-Qur’an wa al-Mubayyin Lima Tadhammanahu Min as-Sunnah wa Ayi al-Furqan atau disebut Tafsir Qurthubi memberikan penjelasan tentang ayat tersebut. Bahwa ayat 56 surat al-Ahzab mengungkapkan penghormatan Allah Subhanahu wata’aalaa kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Imam Qurthubi juga menjelaskan bahwa shalawat Allah Subhanahu wata’aalaa kepada Nabi Muhammad SAW adalah pemberian rahmat dan keridhaan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan shalawatnya para malaikat kepada nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam adalah doa dan permohonan ampun untuk nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
Sedangkan shalawatnya umat nabi Muhammad (orang-orang beriman kepada beliau adalah sebagai doa dan penghormatan atau pengagungan kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.
Berikut naskah aslinya :
هذه الآية شرف الله بها رسول الله عليه الصلاة والسلام حياته وموته ، وذكر منزلته منه …. والصلاة من الله رحمته ورضوانه ، ومن الملائكة الدعاء والاستغفار ، ومن الأمة الدعاء والتعظيم لأمره.
Artinya: “Ayat ini adalah penghormatan Allah kepada nabi Muhammad SAW ketika nabi hidup dan ketika Nabi telah wafat. Dan ayat ini menyebutkan tingginya derajat dari Nabi Muhammad SAW di sisi Allah ta’ala. Dan shalawat dari Allah adalah rahmatNya dan ridhoNya kepada nabi Muhammad SAW. Dan shalawat dari para malaikat adalah doa dan permohonan ampun untuk nabi Muhammad SAW. Dan shalawat dari umatnya adalah doa dan takzim terhadapnya.”
(Lihat Al-Jami’ liahkam al-Qur’an wa al-Mubayyin Lima Tadhammanahu Min as-Sunnah wa Ayi al-Furqan atau Tafsir Qurthubi terbitan Ar Risalah, Beirut Lebanon halaman 213-214)
Begitupun pendapat Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Alquran al ‘Adzim atau dikenal dengan Tafsir Ibnu Katsir, beliau menukil beberapa keterangan para perawi hadits yang menjelaskan tentang shalawat dari Allah SWT dan shalawat dari malaikat.
قال البخاري: قال أبو العالية: صلاة الله : ثناؤه عليه عند الملائكة ، وصلاة الملائكة: الدعاء. وقال ابن عباس: يصلون: يبركون . هكذا علقه البخاري عنهما. وقد رواه أبو جعفر الرازى ، عن الربيع بن أنس ، عن أبى العالية كذلك. وروى مثله عن الربيع أيضا. وروى علي بن أبي طلحة ، عن ابن عباس كما قاله سواء ، رواهما ابن أبي حاتم. وقال أبو عيسى الترمذي : وروى عن سفيان الثورى وغير واحد من أهل العلم قالوا: صلاة الرب: الرحمة ، وصلاة الملائكة : الاستغفار.
Artinya: Imam Bukhari berkata, _“Abu ‘Aliyah berkata, “Shalawat Allah itu pujian-Nya atas nabi di sisi para malaikat. Dan shalawat para malaikat itu doa. Ibnu Abbas berkata, “”Mereka bersholawat: mereka mengharap berkah. Begitulah yang di ta’liq Bukhari dari Ibnu Abbas. Dan diriwayatkan Abu Ja’far Ar Roziy, dari Ar Rabi’ bin Anas dari Abi Al Aliyah juga seperti itu. Dan riwayat semisal itu juga dari Ar Robi’. Dan diriwayatkan Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas seperti dia mengatakan yang sama.m, di riwayatkan Ibnu Hatim. Dan Abu ‘Isa at Tirmidzi berkata: diriwayatkan dari Sufyan ats Tsauri dan ulama lainnya berkata: Shalawat Rabb : Rahmat dan shalawat malaikat : Istighfar. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir karya abu Al Fida Ismail bin Umar bin Katsir al-Qursyi ad-Damasyqi atau Ibnu Katsir terbitan Daar thiyyibah Arab Saudi, halaman 457)
Juga keterangan Atha bin Abi Rabah tentang shalawat Allah kepada nabi:
ثم قال ابن أبى حاتم: حدثنا عمرو الأودي ، حدثنا وكيع ، عن الأعمش ، عن عمرو بن مرة ، قال الأعمش عن عطاء بن أبي رباح: (اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ) قال: صلاته تبارك وتعالى: سبوح قدوس ، سبقت رحمتي غضبى.
Artinya: “Kemudian Ibnu Abi Hatim berkata: Amru Al Awdi menceritakan pada kami, Waki’ menceritakan pada kami, dari Al A’masy dari Amr bin Muroh , Al A’masy berkata dari Atho bin Abi Rabah. ‘Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi,’ . Dia berkata : Bershalawat Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi: Maha Suci dan Maha Qudus, rahmatKu lebih mendahului dari kemarahan ku.” (Ibnu Katsir, 457).
Intinya menurut Ibnu Katsir ayat 56 surat Al Ahzab ini adalah menggambarkan pada seluruh hambaNya tentang tingginya derajat Nabi Muhammad SAW. Bahkan Allah pun bershalawat pada Nabi Muhammad.
Begitu juga para malaikat bershalawat kepada Nabi Muhammad. Dan dalam ayat ini juga Allah memerintahkan seluruh penghuni alam jagat raya baik yang di langit atau di bumi, di darat dan di lautan semuanya untuk bershalawat kepada nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
والمقصود من هذه الآية: أن الله سبحانه أخبر عباده بمنزلة عبده ونبيه عنده في الملأ الأعلى ، بأنه يثنى عليه عند الملائكة المقربين . وأن الملائكة تصلي عليه ثم أمر تعالى أهل العالم السفلي بالصلاة والتسليم عليه ، ليجتمع الثناء عليه من أهل العالمين العلوى والسفلي جميعا.
Artinya: _”Dan maksud dari ayat ini adalah: bahwa Allah SWT mengabarkan kepada hamba-hambaNya tentang kedudukan seorang hambaNya dan nabiNya di sisi Allah di akan yang tinggi. Bahwa Allah memujinya (nabi Muhammad) di sisi para malaikat muqarrabin. Dan bahwa para malaikat pun bershalawat atas nabi Muhammad, kemudian Allah ta’ala memerintahkan seluruh penghuni alam untuk mengucapkan shalawat dan salam atas nabi Muhammad. Agar mengatur pujian atas nabi Muhammad dari seluruh penghuni alam di atas dan di bawah semuanya.” (Ibnu Katsir, 457).
Kesimpulan dari penjelasan para mufassirun terkait makna shalawat yang sesungguhnya dalam surat Al-Ahzab ayat 56 tersebut sebagai berikut :
a. Shalawat Allah Subhanahu wata’aalaa
kepada nabi berarti Allah Subhanahu
wata’aalaa memuliakan, memuji,
mengagungkan dan mengangkat derajat
nabi Muhammad shalallahu alaihi
wasallam di hadapan para malaikat yang
mulia dan makhluk-makhlukNya serta
melimpahkan rahmat (kasih sayang),
keberkahan dan anugerah
kepadaNya.
b. Shalawat para Malaikat bermakna para
malaikat mohon kepada Allah
Subhanahu agar derajat nabi
Muhammad SAW ditinggikan serta
maghfirah (ampunan) dilimpahkan
kepada beliau.
c. Shalawat orang-orang beriman adalah
permohonan agar Allah SWT
memberikan rahmat dan kesejahteraan
kepada nabi Muhammad SAW dan
keluarga beliau.
B. Hakikat Sholawat
Diantara para misionaris ada yang berupaya menyebarkan syubhat (keraguan) di kalangan umat Islam terkait sholawat. Mereka mengatakan kepada umat Islam terutama yang masih awam, “Kalian bersholawat meminta agar Nabi Muhammad mendapat keselamatan, berarti belum ada jaminan keselamatan. Jika Nabi saja belum ada jaminan keselamatan, bagaimana mungkin bisa memberikan jaminan keselamatan kepada kalian ?”
Berdasarkan penjelasan para ulama tafsir di atas maka sesungguhnya hakikat sholawat bukanlah karena Nabi Muhammad belum mendapat jaminan keselamatan lantas perlu didoakan agar selamat. Namun pada hakikatnya ketika orang-orang beriman bersholawat kepada nabi Muhammad shalallahu alayhi adalah orang-orang berdoa kepada Allah Subhanahu wata’aalaa agar beliau dilimpahi rahmat dan kemuliaan. Beliau pasti mendapat kesejahteraan, keselamatan, kasih sayang dan kemuliaan sebab beliau adalah hamba Allah yang paling dicintai-Nya.
Sesungguhnya, kitalah umat yang membutuhkan keselamatan dan rahmat sehingga dengan bersholawat kepada beliau, kita dibalas Allah dengan sholawat dalam arti diselamatkan, diampuni dosa kita dan diangkat derajat kita.
Ibaratnya, kemuliaan Rasulullah adalah sebuah wadah yang telah penuh sempurna. Ketika kita bersholawat, kita menuangkan air ke wadah tersebut dan jatuhnya kepada kita. Kita bersholawat kepada beliau, kebaikan dan hasilnya kembali kepada kita.
قال العز بن عبد السلام: «ليست صلاتنا على النبي صلى الله عليه وسلم شفاعة منا له، ولكن فائدة الصلاة عليه ترجع إلى الذي يصلي عليه
Al-Izzu Ibnu Abd al-Salam berkata: “Sholawat (do’a) kita kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bukanlah syafa’at (pertolongan) kita untukNya, akan tetapi faidah dari kita kepada nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, kebaikan dan hasilnya kembali kepada kita yang bersholawat kepadaNya.”
Wallahu a’lam bisshowab