Muhasabah Awal Tahun Masehi
_Oleh: Hasan Yazid Al-Palimbangy M. Ag_
Oleh: Hasan Yazid Al-Palimbangy M. Ag
_Juru Da’wah (da’i/muballigh). Khatib dan narasumber pengajian mingguan, bulanan di masjid-masjid perumahan dan kantor dan penulis buku-buku agama Islam.)_
Menjadi prioritas utama bagi khatib dalam mengawali khutbah ini untuk senantiasa mengingatkan, mengajak, dan berwasiat kepada diri khatib dan para jamaah untuk terus dan tak henti-hentinya berusaha dengan sungguh-sungguh meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wata’aalaa.
Wujud peningkatan ketakwaan ini adalah dengan penguatan komitmen untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangannya.
Setiap pergantian satuan waktu, baik pergantian tahun, bulan, minggu, hari jam bahkan setiap saat adalah momentum bagi kita untuk bermuhasabah (mengevaluasi dan interospekai diri) atas apa-apa yang telah diperbuat selama setahun terakhir. Dengan harapan dapat mengingatkan kita semua agar bisa memperbaiki diri, meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT, dan menjauhi dosa di tahun depan.
Muhasabah adalah keniscayaan bagi orang-orang beriman untuk kebahagiaan masa depan kita di akhirat nanti. Karena muhasabah adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18)
Allah Subhanahu wata’aalaa mengulangi perintah taqwa sebanyak dua kali agar kita tetap istiqamah dalam ketaqwaan yang penuh rintangan. Dan penggunaan kata ghodin yang berarti hari esok atau hari kiamat menurut ulama tafsir maksudnya adalah Allah Subhanahu wata’aalaa ingin
menggambarkan bahwa kedatangan hari kiamat/akhir sangatlah dekat. Maka itu bersegeralah mohon ampun serta bertaubat dan melakukan amal sholeh.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,”_ (QS.Ali Imron: 133)
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
(QS.Alhadid : 21)
Umar bin Khattab juga berpesan:
Artinya: “Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”
Apa Yang Harus Dievaluasi ?
Hal pokok yang harus kita evaluasi adalah ibadah. Apakah ibadah yang selama ini kita kerjakan sudah benar sesuai syari’at yang dituntunkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ?
_”(Allah Subhanahu wata’ala) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”_(QS. Al-Mulk: 2)
Menurut imam Ibnu Katsir rahimhullah dan para mufassir lainnya yang dimaksud amal yang terbaik bukanlah amal yang terbanyak tapi _amal yang paling benar sesuai syari’at._
Kita tidak menginginkan ibadah kita sia-sia di mata Allah Subhanahu wata’aalaa.
Mari kita renungkan peringatan Allah Subhanahu wata’aalaa berikut ini :
“Sudah datangkah kepadamu berita (tentang kondisi manusia) pada hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan (akan tetapi sia-sia), (akibatnya) memasuki api yang sangat panas (neraka)”_ [Surat Al-Ghasyiyah 1 – 4]
Menurut imam Ibnu Katsir dan para mufassir lainnya ternyata salah satu penyebab orang dimasukan ke neraka adalah sebab amalan yang banyak dan beragam, tapi penuh cacat, baik motif dan niatnya, maupun KAIFIYAT YANG TIDAK SESUAI DGN SUNNAH RASULULLAH SAW.
Ayat lainnya adalah :
_“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ?Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya.”_(QS. 18 : 103 &104)
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir mengatakan: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,”) yakni orang-orang yang mengerjakan perbuatan yang sesat dan tidak berdasarkan syari’at yang ditetapkan (syari’at yg telah dicontohkan Rasulullah Saw), diridhai dan diterima oleh Allah Subhanahu wata’aalaa.
Diantara ibadah yang setiap saat harus kita evaluasi adalah IBADAH SHALAT. Karena shalat merupan induk dari semua ibadah. Jangan pernah berhenti berusah semaximal mungkin untuk memperbaiki shalat kita.
_Sudah benarkah shalat yang kita kerjakan selama ini ? Apakah shalat kita sudah sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam? Pernahkah kita menyengajakan diri menemui guru agama/ustadz untuk memeriksa benar tidaknya shalat yang selama ini kita kerjakan ?_
_“Akan datang suatu masa menimpa manusia, banyak yang melakukan shalat, padahal sebenarnya mereka tidak shalat”._ (HR Ahmad, No. 47)
_”Sungguh, ada orang yang shalat selama 60 tahun, namun tidak diterima Shalatnya walau satu pun. Boleh jadi, dia sempurnakan ruku’nya tetapi sujudnya kurang sempurna, atau dia menyempurnakan sujudnya, namun tidak menyempurnakan Ruku’nya”._ (Hadits Sahih Riwayah Al Imam Abi Syaibah).
Rasulullah SAW bersabda, tegas mewanti wanti agar Ruku’ dan Sujud disempurnakan :
_“Sempurnakanlah Ruku’ dan Sujudmu”_
(Hadits Sahih Riwayah Al Imam Al Bukhari 6644 dan Muslim 4525)
Shalat yang baik dan benar adalah shalat yang dikerjakan dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta ketentuan-ketentuan lainnya, diikuti dengan gerakan kejiwaan dan disertai rasa khusu’ dan keikhlasan yang mendalam.
Dengan demikian ibadah shalat itu akan berdampak pada sikap mental kita dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang telah melakukan shalat dengan baik dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar.
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).
Al Hasan Al-Bashry berkata,
_“Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.”_ (Dikeluarkan oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qotadah dari Al Hasan Al-Bashry)
Kenapa harus sungguh-sungguh memperbaiki shalat kita ? Karena shalat merupakan ibadah yang pertama kali diperiksa di akhirat. Apabila benar shalat kita, maka akan benarlah ibadah-ibadah lainnya dan Allah Subhanahu wata’aalaa tidak melihat/memeriksa lagi ibadah lainnya. Namun sebaliknya, apabila salah/rusak ibadah sholat kita maka rusaklah seluruh ibadah lainnya.
_“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.”_ (HR. Thabrani).
_”Naif sekali andai kita beribadah hanya berdasarkan secuil ilmu yang pernah didapat saat di bangku sekolah dasar atau ibtidaiyyah”_
Maka dari itu jangan pernah putus untuk mengaji demi mencapai ibadah yang berkualitas dan diterima Allah Subhanahu wata’aalaa yang menghantarkan kita kepada ampunan dan kasih sayangNya sehingga kita menjadi hamba yang layak menjadi penghuni sorga JANNATUNNA’IIM. Aamiin
Wallahu a’lam bisshowab
Domisili :
Thali’a Clauster (Ps. Ceger) Jl. Musholla Nurul Huda No.1, blok B12Jurang Mangu Barat, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15222
HP/WA +62852-1737-0897***