
BEKASI METROMEDIA.ID –
Tidak kurang dari 850 siswa sebuah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bekasi menggelar aksi damai di tengah apel upacara di halaman madrasah, Senin (17/2/2025). Sang kepala madrasah (Kamad) menjadi pemicu bersatunya ratusan siswa menyuarakan sikap kekecewaannya.
Saking kecewanya, aksi unjuk rasa dilakukan para pelajar ketika kepala madrasah itu sedang menyampaikan amanat upacara.
“Itu aksinya ketika kepala sekolah sedang menyampaikan amanatnya,” sebut seorang pelajar yang enggan namanya dipublikasikan saat dikonfirmasi, Senin.
Pernyataan sikap ratusan siswa itu digulirkan saat Kamad menyampaikan amanat, sejumlah pelajar spontan membentangkan spanduk di tengah kerumunan massa aksi.
Dua spanduk berukuran besar juga mereka pasang di tembok bangunan madrasah, tepat di belakang podium tempat Kamad menyampaikan amanat upacara.
Spanduk tersebut berisi kritik pelajar terhadap kepemimpinan Kamad. Salah satunya bertuliskan, “ekskul mati, uang mati, ini sekolah atau dana pribadi?”.
KISRUH EKSKUL
Ungkapan dalam spanduk ini mengritik kebijakan kepala madrasah yang dianggap kurang peduli terhadap kegiatan ekstrakurikuler. Pasalnya, menurut para pelajar, kepala madrasah berencana membekukan salah satu ekstrakurikuler. Selain itu, pihak juga disebut tak memberikan honor pembina ekstrakurikuler.
Fenomenal ini membuat para siswa terpaksa menyisikan uang jajan mereka untuk urunan membayar gaji pembina. “Jadi, anak-anak yang ekskul itu putar otak entah itu nombok pakai uang sendiri atau apa supaya bisa bayar gaji pelatihnya gitu,” ujar koordinator aksi, seraya menyatakan, besaran uang SPP Rp 250.000 setiap bulannya tidak sebanding dengan kebijakan madrasah.
“Kegiatan ekstrakurikuler tidak dibiayai, bahkan gaji pembina per bulan tidak dikeluarkan sama sekali,” tukasnya.
BIAYA WISUDA dan FASILITAS SEKOLAH
Para siswa juga menyebut, mereka kecewa dengan kepemimpinan kamad lantaran kegiatan wisuda yang akan dijalani siswa Kelas XII ternyata dikomersialkan. Pasalnya, setiap calon wisudawan diwajibkan mengeluarkan biaya lebih dari Rp 1 juta hanya untuk mengikuti kegiatan tersebut.
“Itu enggak masuk akal karena Rp 1 juta itu sudah mahal banget. Tapi, pihak sekolah masih minta,” tutur dia. Selain upah pembina ekstrakulikuler dan biaya wisuda, mereka juga kecewa dengan kepemimpinan kepala sekolah terkait fasilitas sekolah yang dianggap kurang layak.
Dibeberkan, saat pertama kali menjabat pada 2023, kepala sekolah berjanji akan membangun fasilitas seperti kamar mandi, fingerprint, dan kamera CCTV. Meskipun beberapa fasilitas tersebut telah terealisasi, pelajar merasa tidak mendapatkan manfaat yang sesuai.
Contohnya toilet, kerannya pada copot, gayung pada ilang-ilangan, penutup toilet duduk patah,” tandas siswa tahun baru diketahui berinisial J.
TUNTUT MUNDUR
Dalam aksinya, ratusan siswa madrasah Aliyah itu juga membentangkan spanduk bertuliskan, “minta prestasi tapi tidak difasilitasi”. Kritik tajam juga ditandatangani para siswa lewat dua spanduk besar yang mereka pasang di tembok sekolah.
Dua spanduk tersebut masing-masing bertuliskan “transparansi atau mundur” dan “minta dipilih, minta didengar, sudah terpilih enggak mau mendengar #antikritik”
Reporter: Ivan Dharmawan
Editor: Gamal Hehaitu