
JAKARTA, METROMEDIA.ID –
Puluhan bus telah disiapkan untuk mengangkut warga yang menetap di kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Pelalawan, Riau. Rombongan berangkat ke Jakarta guna menggelar unjuk rasa di Istana Negara, Jakarta. Warga bergerak dari TNTN menuju Jakarta pada Sabtu (19/7/2025) pagi.
Dikutip dari Sabangmeraukenews, warga akan melakukan aksi untuk menyuarakan penolakan terhadap kebijakan relokasi penduduk yang ditempuh pemerintah melalui Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH). Pada 10 Juni 2025 lalu,
Satgas PKH telah melakukan pemasangan plang sebagai simbol pengambilalihan (penguasaan kembali) lahan hutan TNTN seluas 83 ribu hektare.
“Nasib kami makin terancam. Kami seolah-olah akan diusir dari tanah yang kami kelola sejak belasan tahun silam. Padahal, hidup kami bergantung pada kebun sawit yang kami kelola,”ungkap salah satu warga bernama Pardi, prihatin.
Aksi unjuk rasa ke Jakarta ini dilakukan karena tidak adanya kepastian terhadap tuntutan mereka saat menggelar aksi di Kantor Gubernur Riau, pada Rabu (18/6/2025) lalu.
Saat itu, Gubernur Riau Abdul Wahid berjanji bakal menindaklanjuti aspirasi mereka dan menjembatani pertemuan dengan pemerintah pusat.
“Tapi, sampai saat ini janji itu gak jelas. Itu sebabnya, kami berinisiatif untuk datang ke Jakarta. Kami berharap bisa bertemu dengan Pak Presiden Prabowo Subianto,” tegas warga lainnya.
Sebelumnya, perwakilan masyarakat yang terdampak kebijakan penertiban hutan konservasi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Riau mengadu ke DPR RI, Rabu (2/7/2025). Mereka diterima langsung oleh Ketua Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI, Achmad Hermawan didampingi Wakil Ketua, Adian Napitupulu.
Kedatangan masyarakat untuk membeberkan situasi terkini yang dihadapi masyarakat yang merasa mendapat ancaman pengusiran, pasca kebijakan relokasi mandiri yang diumumkan oleh Satgas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) terhadap penduduk di TNTN.
Satgas PKH sebelumnya pada Selasa, 10 Juni 2025 lalu, telah menancapkan plang penguasaan hutan konservasi TNTN seluas 81 ribu hektare yang saat ini seluas 60 ribu hektare di antaranya diklaim telah disulap menjadi perkebunan kelapa sawit.
Satgas PKH mematok target relokasi mandiri para penduduk pada 22 Agustus 2025, dan kemudian akan melakukan pemulihan (reforestasi) TNTN.
“Saat ini, sekolah tidak lagi menerima pendaftaran siswa baru. Listrik terancam diputus. Masyarakat bingung akan pindah kemana, padahal kebun sawit tersebut merupakan sumber mata pencarian keluarga di sana,. Masyarakat dituding sebagai perambah dan distempel sebagai pendatang,” beber perwakilan masyarakat Aziz Manurung dalam dialog bersama BAM RI yang disiarkan via flatform YouTube.
Aziz menegaskan, perjuangan masyarakat dalam mengelola TNTN tak bisa dinafikan begitu saja. Selama belasan tahun masyarakat mengelola TNTN secara mandiri, tanpa pernah merengek kepada negara.
“Kalau kita bandingkan dengan program transmigrasi, seharusnya sudah berapa uang negara yang dikeluarkan. Jangan melihat sisi enaknya masyarakat saat ini, tapi lihat kondisi mereka dulu bagaimana berjibaku,” sergah Aziz.
GERUDUK KEMENTERIAN LH
Warga TNTN (Taman Nasional Tesso Nilo) berangkat ke Jakarta pada hari pertama untuk menggelar aksi unjuk rasa di Kementerian Lingkungan Hidup. Mereka menolak rencana relokasi dari lahan yang selama ini mereka kuasai. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan relokasi mandiri yang diumumkan oleh Satgas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH).
Reporter: Daus/ Roman syah (Kabiro Riau)
Editor: H. Gamal Hehaitu