Menurut kalender Masehi, sekarang kita berada di bulan Desember yang oleh sebagian orang bulan ini identik dengan bulan musibah.
Data yang kami dapat dari Kompas.com yang menurunkan berita berjudul “Bencana Alam di Bulan Desember”16 Desember 2014. Bahwa diantara sekian banyak musibah bencana alam dalam sekala besar yang terjadi di bulan Desember adalah :
1. Ahad, 26 Desember 2004, terjadinya musibah bencana alam dan gelombang tsunami yang menimpa Aceh dan beberapa wilayah di Sumatera. Kabar terjadinya musibah ini diterima oleh mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono sesaat setelah menghadiri perayaan natal nasional di Jayapura Papua.
2. Sepuluh tahun kemudian, ketika mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan istrinya, Ny Iriana, masih dalam penerbangan dari Korea Selatan ke Jakarta, Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, dikubur oleh longsoran tanah dari Bukit Telagalele. Banyak korban meninggal dunia, banyak rumah atau tempat tinggal terkubur bersama ternak, kendaraan bermotor, jalan raya (infrastruktur), dan harta benda lainnya.
Mirip walau tidak sama (sedikit beda) dengan peristiwa ketika terjadi tsunami sepuluh tahun sebelumnya. Dimana Sabtu, 27 Desember 2014, Jokowi juga akan menghadiri perayaan Natal Nasional di Sentani, selatan Jayapura, Papua. Dan banyak lagi musibah lainnya kerap terjadi di bulan Desember.
Yang menjadi pertanyaan dan bahan perenungan bagi kita selaku orang beriman kepada Allah Subhanahu wata’aalaa dan RasulullahNya adalah, adakah korelasinya antara seringnya terjadi musibah bencana alam dll di penghujung tahun jelang perayaan Natal dan tahun baru Maseh dengan kemarahan Allah Subhanahu wata’aalaa akibat banyaknya kezoliman-kezoliman yang diperbuat manusia di malam tahun baru Masehi, berupa kemusyrikan, kekufuran, berbagai kemaksiatan seperti perzinahan, perjudian, pemborosan, poya-poya, hura-hura, pesta pora dll. Terlebih lagi perbuatan syirik kepada Allah Subhanahu wata’aalaa dengan mengatakan bahwa Allah Subhanahu wata’aalaa mempunyai anak ???_
Ternyata lebih dari 1500 tahun yang lalu Al Qur’an telah memberikan jawabannya
_*Ucapan yang paling dimurkai Allah SWT di muka bumi adalah “mengatakan bahwa Allah Subhanahu wata’aalaa mempunyai anak*_
_“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan (Allah beranak) itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”_ (QS. Maryam: 88-92)
Saudaraku, sebagai Muslim, kita dilarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyerupai orang-orang Kafir. Dengan sengaja merayakan atau memeriahkan, seperti bermain kembang api atau meniup terompet, itu bisa saja dikhawatirkan kita telah terjerumus dalam menyerupai mereka.
Dari Ibnu ‘Umar RA ia berkata: _“Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut’.”_ (HR.Abu Daud)
Lakukanlah kegiatan yang bisa mendatangkan rida Allah Subhanahu wata’aalaa dan tidak mendatangkan murkaNya.
Mari kita jadikan malam tahun baru kali ini sebagai ajang untuk evalusi diri dari rutinitas yang dilalui selama tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai orang yang beriman dan meyakini adanya kehidupan setelah kematian, merayakan (atau lebih tepat dengan kata mengisi) malam pergantian tahun (malam tahun baru) dengan suatu kegiatan yang lebih bermakna dan bernilai. Sebuah kegiatan yang nir hura-hura, tanpa pemborosan dan tidak malampaui batas.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi malam pergantian tahun (malam tahun baru). Kegiatan-kegiatan tersebut tentu lebih sesuai dengan malam pergantian tahun yang pada hakekatnya adalah berkurangnya jatah hidup di dunia dan semakin dekatnya dengan kematian.
Kegiatan tersebut adalah antara lain :
1. Muhasabah atau evaluasi diri. Berapa banyak amal shaleh berkualitas yang sudah kita lakukan dan berapa banyak pula yang tidak dilakukan. Berapa banyak kesalahan hidup dan dosa yang menghiasi keseharian kita
2. Bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’aalaa dan berjanji tidak mengulangi kesalahan dan dosa serta mengganti dengan amal kebajikan
3. Mohon ampun kepada Allah Subhanahu wata’aalaa atas banyak kesalahan dan dosa yang telah dilakukan, baik kesalahan dan dosa itu disengaja ataupun tidak
4. Mendatangi masjid yang mengadakan kegiatan dzikir akhir tahun
5. Buat resolusi dan komitmen diri akan hal-hal perbaikan yang hendak dilakukan di sisa waktu yang ada sebelum kematian menjemput.
_Wallahu a’lam bisshowab_