Amalan di Malam Tahun Baru Masehi
Oleh : Hasan Yazid Al-Palimbangy
Saat Pengajian Kamis Subuh di Masjid ANNUR PJMI Bintaro Jurang Mangu Timur Pd. Aren Tangerang Selatan,
24 Jumadil Akhir 1446 H
26 Desember 2025 M
BERSHOLAWAT kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam adalah diantara amalan-amalan ringan dan pasti diterima namun memiliki Fadhilah (keutamaan) dan pahala yang luar biasa besarnya yang dianjurkan untuk diamalkan kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun apalagi di tengah mayoritas manusia sedang melakukan berbagai macam kemaksiatan secara masif pada malam tahun baru Masehi, seperti pesta pora, poya-poya, hura-hura bahkan perzinahan, perjudian dan yang tidak kalah membuat Allah Subhanahu wata’aalaa murka adalah kemusyrikan dan kekufuran dengan mengatakan bahwa Allah Subhanahu wata’aalaa mempunyai anak.
Minimal ada dua alasan mengapa sholawat menjadi amalan yang sangat dianjurkan terkhusus di malam tahun baru Masehi :
1. Karena selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’aalaa dan bukti maḫabbah atau kecintaan yang mendalam kepada baginda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, sholawat juga bisa menjadi penyelamat umat nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dari aqidah yang salah karena unsur filosofi teologis yang terkandung di dalamnya
Filosofi teologis sholawat ini memiliki dua unsur pengakuan yang esensial dan mendudukkan relasi antara Allah Subhanahu wata’aalaa dan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam secara proporsional. Pertama, mengakui Allah Subhanahu wata’aalaa sebagai Tuhan sekaligus mengakui Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sebagai hamba Nya.
Dalam shighat (redaksi) sholawat yang biasa kita lantunkan, yaitu Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad, menunjukan kedudukan Allah Subhanahu wata’aalaa sebagai Dzat yang Maha Pemberi dan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sebagai penerima. Betapapun tinggi derajatnya dan berstatus makhluk terbaik, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam tetaplah hamba Allah Subhanahu wata’aalaa.
_”Jadi, membaca sholawat itu, di samping menunjukkan mahabbah (cinta) kita kepada Rasulullah shalallahu alaihi, dengan menyatakan beliau sebagai makhluk terbaik yang paling layak mendapat azkash sholawat dari Allah Subhanahu wata’aalaa, juga menyatakan Allah Subhanahu wata’aalaa sebagai (Tuhan) yang memberi,”_
Penjelasan ini dilandaskan pada pandangan Sayyid Muhammad Murtadha Az-Zabidi, pengarang kitab kitab Ithafus Sadatil Muttaqin, syarah atas kitab Ihya Ulumudin, buah karya Imam Al-Ghazali.
Artinya: _“Betapapun tingginya kedudukan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, ia tetap membutuhkan kasih sayang dan kemurahan Allah Subhanahu wata’aalaa”_
Inilah yang dimaksudkan sholawat sebagai penjaga akidah. Umat Islam tetap mengagungkan Rasulullah sebagai status hamba Allah Subhanahu wata’aalaa dan tidak sampai menuhankannya.
Lain halnya dengan umat Nasrani yang sudah melakukan kesalahan fatal, yaitu menganggap Nabi Isa alaihissalam sebagai tuhan, sedangkan orang Yahudi yang tidak suka dengan Nabi Isa alaihissalam dan menuduh Isa alaihissalam sebagai anak hasil zina. Sementara umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, tetap menganggungkan Rasulullah dengan status sebagai hamba Allah, tidak sampai menuhankannya.
Penegasan senada juga tertuang dalam salah satu bait Qashidah Burdah karya Imam Al-Bushiri.
“Tinggalkanlah olehmu apa-apa yang disangkakan oleh orang Nasrani. Tak mengapa kamu memuji Nabi secara berlebihan, tapi tinggalkanlah tradisi yang dilakukan orang Nasrani.”
Sedalam-dalam cintanya kita menyanjung Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, umat muslim tidak akan terjebak sampai mendudukkan Rasulullah setingkat dan sederajat dengan Allah Subhanahu wata’ala.
Inilah berkah shalawat. Ia tidak sekadar bukti cinta dan takzim. Melainkan penjaga tauhid yang menyelamatkan kita di hari kiamat kelak.
2. BERSHOLAWAT kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam juga menjadi perantara Allah Subhanahu wata’aalaa selamatkan kita dari bebagai musibah yang kerap terjadi di bulan Desember akibat dari berbagai kemaksiatan dan dosa yang diperbuat.
Allah Subhanahu wata’aalaa berfirman :
_”Dan Allah Subhanahu wata’aalaa sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang Kamu (Muhammad) berada di antara mereka”_ (Al-Anfal : 33)
Menurut penjelasan para ulama, ayat di atas memberikan gambaran kepada kita, jika kita bisa menghadirkan Nabi Muhammad shalla Allahu alaihi wa sallam dalam kehidupan kita, maka Allah Subhanahu wata’aalaa tidak akan menurunkan azab kepada kita. Dan diantara cara menghadirkan Rasulullah dalam kehidupan kita adalah dengan istiqomah memperbanyak bersholawat kepada nabi Muhammad Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :
_”Tidaklah seseorang memberikan salam kepadaku melainkan Allah akan mengembalikan nyawaku hingga aku membalas salamnya.”_ (HR Abu Daud No.1745)
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam setelah wafatnya masih dapat memberikan salam yang merupakan do’a kepada umatNya. Sehingga kalau kita cermati, setiap redaksi salam, lebih banyak menggunakan dhamir mukhatab (kata ganti orang yang diajak bicara) yang menyiratkan kedekatan Nabi Muhammad dengan kita. Seperti saat duduk tahiyat dengan ucapan salam.
_”Salam sejahtera kepadamu wahai Nabi”_
Dan saat berada di depan makam Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam
_”Salam sejahtera bagimu wahai Rasulullah, salam sejahtera bagimu wahai makhluk pilihan Allah, salam sejahtera bagimu wahai kekasih Allah, salam sejahtera bagimu wahai penghulu para rasul dan penutup para nabi, salam sejahtera bagimu, keluargamu, sahabatmu, anggota keluargamu, para nabi, dan semua orang saleh.”_
Hal ini juga yang menjadi landasan keyakinan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam senantiasa hadir saat kita bersholawat kepadaNya.
Yang menjadi pertanyaan dan bahan perenungan bagi kita selaku orang beriman kepada Allah Subhanahu wata’aalaa dan RasulullahNya adalah adakah korelasinya antara seringnya terjadi musibah bencana alam dll di penghujung tahun jelang perayaan Natal dan tahun baru Maseh dengan kemarahan dan kemurkaan Allah Subhanahu wata’aalaa yang diakibatkan kemaksiatan-kemaksiatan yang diperbuat manusia pada malam tahun baru Masehi ? Seperti pesta pora, poya-poya, hura-hura bahkan perzinahan, perjudian dan tidak kalah membuat Allah Subhanahu wata’aalaa murka adalah kemusyrikan dan kekufuran dengan mengatakan bahwa Allah Subhanahu wata’aalaa mempunyai anak …… ???_
Ternyata lebih dari 1500 tahun yang lalu Al Qur’an telah memberikan jawabannya bahwa _*Ucapan yang paling dimurkai Allah Subhanahu wata’aalaa adalah “mengatakan bahwa Allah Subhanahu wata’aalaa mempunyai anak*_
_“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan (Allah beranak) itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”_ (QS. Maryam: 88-92
_Wallahu a’lam bisshowab_
(Dikutip dari buku *”Menyingkap Kedahsyatan Sholawat & FADHILAHNYA* karya Hasan Yazid Al-Palimbangy).