Allah Subhanahu wata’aalaa berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”_ (QS. Al-Hasyr: 18)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa diantara makna muhasabah adalah usaha mengevaluasi, memeriksa, dan menimbang kembali segala hal yang telah, sedang, dan akan dilakukan.
Diantara yang harus kita evaluasi adalah ibadah. Apakah ibadah yang selama ini kita kerjakan sudah benar sesuai syari’at yang dituntunkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ?
_”(Allah Subhanahu wata’ala) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”_(QS. Al-Mulk: 2)
Menurut imam Ibnu Katsir rahimhullah dan para mufassir lainnya yang dimaksud amal yang terbaik bukanlah amal yang terbanyak tapi _*amal yang palin benar sesuai syari’at.*_
Kita tidak menginginkan ibadah kita sia-sia di mata Allah Subhanahu wata’aalaa. Seperti yang Allah Subhanahu wata’aalaa jelaskan dalam ayat-ayat berikut ini :
_”Sudah datangkah kepadamu berita (tentang kondisi manusia) pada hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan (akan tetapi sia-sia), (akibatnya) memasuki api yang sangat panas (neraka)”_ [Surat Al-Ghasyiyah 1 – 4]
Menurut imam Ibnu Katsir dan para mufassir lainnya ternyata salah satu penyebab orang dimasukan ke neraka adalah sebab amalan yang banyak dan beragam, tapi penuh cacat, baik motif dan niatnya, maupun KAIFIYAT YANG TIDAK SESUAI DGN SUNNAH RASULULLAH SAW.
Ayat lainnya adalah :
_“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ?Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya.”_(QS. 18 : 103 &104)
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir mengatakan: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,”) yakni orang-orang yang mengerjakan perbuatan yang sesat dan tidak berdasarkan syari’at yang ditetapkan (syari’at yang telah dicontohkan Rasulullah SAW), diridhai dan diterima oleh Allah Subhanahu wata’aalaa.
Diantara ibadah yang setiap saat harus kita evaluasi adalah _IBADAH SHALAT._ Karena shalat merupan induk dari semua ibadah. Jangan pernah berhenti berusah semaximal mungkin untuk memperbaiki shalat kita.
_Sudah benarkah shalat yang kita kerjakan selama ini ? Apakah shalat kita sudah sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam? Pernahkah kita menyengajakan diri menemui guru agama/ustadz untuk memeriksa benar tidaknya shalat yang selama ini kita kerjakan?_
_“Akan datang suatu masa menimpa manusia, banyak yang melakukan shalat, padahal sebenarnya mereka tidak shalat”._ (HR Ahmad, No. 47)
Shalat yang baik dan benar adalah shalat yang dikerjakan dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta ketentuan-ketentuan lainnya, diikuti dengan gerakan kejiwaan dan disertai rasa khusu’ dan keikhlasan yang mendalam.
Dengan demikian ibadah shalat itu akan berdampak pada sikap mental kita dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang telah melakukan shalat dengan baik dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar.
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).
Al Hasan Al-Bashry berkata,
_“Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.”_ (Dikeluarkan oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qotadah dari Al Hasan Al-Bashry)
Kenapa harus sungguh-sungguh memperbaiki shalat kita ? Karena shalat merupakan ibadah yang pertama kali diperiksa di akhirat. Apabila benar shalat kita, maka akan benarlah ibadah-ibadah lainnya dan Allah Subhanahu wata’aalaa tidak melihat/memeriksa lagi ibadah lainnya. Namun sebaliknya, apabila salah/rusak ibadah sholat kita maka rusaklah seluruh ibadah lainnya.
_“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.”_ (HR. Thabrani)
_”Naif sekali andai kita beribadah hanya berdasarkan secuil ilmu yang pernah didapat saat di bangku sekolah dasar atau ibtidaiyyah”_
Maka dari itu jangan pernah putus untuk mengaji demi mencapai ibadah yang berkualitas dan diterima Allah Subhanahu wata’aalaa yang menghantarkan kita kepada ampunan dan kasih sayangNya sehingga kita menjadi hamba yang layak menjadi penghuni sorga JANNATUNNA’IIM. Aamiin.
_Wallahu a’lam bisshowab_
_Dikutip dari buku: Shalat Berjama’ah Bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam_- karya Hasan Yazid Al-Palimbangy