Jakarta, Metromedia.id – Harapan untuk raih piala Adipura ditengarai akan gagal. Pasalnya, masih banyak pekerjaan yang belum dapat diselesaikan dengan baik.
Piala Adipura yang merupakan simbol penghargaan bergengsi dari Kementerian Lingkungan Hidup yang berkonsentrasi pada penilaian seputar sampah dan polusi udara.
Pemrov DKI Jakarta melalui Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi, telah memanggil seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan berkumpul di ruang theater Taman Ismail Marzuki beberapa hari lalu untuk diberikan pengarahan mengenai penilaian Adipura, dan berharap para lurah untuk turun ke bawah memotret wilayah yang hingga saat ini masih tergolong kotor.
“Difoto (lokasi yang kotor) tiga bulan lagi kita cketemu dan lokasi masih terlihat bersih” kata Heru Budi dalam arahannya, seraya menyebutkan, apabila para lurah mengalami kesulitan bisa meminta bantuan kepada camat bahkan wali kota, agar dalam melakukan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
Sementara itu dalam prmantauan media di setiap titik di wilayah, masih banyak beberapa tumpukan sampah dan berserakan sehingga terlihat kumuh. Seperti halnya di wiayah Kelurahan Kebon Bawang. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) masih berada di pinggir jalan, tepatnya di Jl. Bugis.
Kendati pada siang hari tidak terlihat tumpukan sampah tapi aroma sampah masih melekat pada tembok sisa onggokan atau sampah malam hari.
Menurut keterangan Zaelani, salah seorang warga yang tinggal tak jauh dari
TPS Bugis menyatakan, walaupun tumpukan sampah sudah tidak ada, tapi aroma sampah yang menyengat tetap terhendus. Apalagi Jakarta saat ini sangat terik panasnya, maka menguaplah aroma sampah di sekitar TPS tersebut.
“Lokasi TPS tersebut kalau sore hingga malam hari dijadikan tempat kuliner makanan dan malam dini hari di jadikan TPS, apa jadinya jika menyantap makanan di tempat TPS jika malam harinya hingga pagi penuh dengan sampah, apalagi jarak antara TPS dengan sekolahan tidak terlalu jauh dan jika anak sekolah menuju ke sekolah harus melewati tumpukan sampah, ”ungkap Zaelani kepada media.
Sementara TPS yang berlokasi di jalan raya Cilincing, jika umat Hindu yang akan melakukan ibadahnya harus melewati TPS tersebut. “Umat Budha kerap mencium bau tak sedap saat melakukan ibadah lantaran letak TPS tidak jauh dari lokasinya.
Fenomenal tersebut menjadi sasaran kritikan para aktivis lingkungan hidup di DKI Jakarta, salah satunya Sunarko Aris. Pria yang tinggal dan menetap di Koja Jakarta Utara menegaskan, seharusnya pemerintah DKI Jakarta khususnya Jakarta Utara harus memiliki lahan khusus untuk TPS yang jauh dari pemukiman warga atau sekolah apalagi tempat ibadah agar lokasi tersebut bisa steril dari aroma yang menusuk hidung akubat aroma sampah yang membusuk.
Program LH DKI Jakarta hingga saat ini belum mampu membereskan masalah sampah seperti Bank Sampah, KOMPOS, memilah sampah organik dan non organik.
Hilangnya sosialisasi ke warga soal peduli sampah saat ini sudah punah atau hilang,” tukas Sunarko Aris.
Terpisah, Iwan Prasetyono salah seorang penggerak Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan juga penggerak anak muda yang peduli dengan sampah menjelaskan, pemerintah DKI Jakarta khususnya Dinas Lingkungan Hidup seharusnya tidak menyerah dalam melakukan kampanye peduli Sampah ke sekolah, lingkungan RT, RW, lembaga-lembaga yang ada, tempat-tempat ,ibadah terutama para pengusaha kuliner di DKI Jakarta.
“Saat ini saya mendapatkan data bahwa para pengusaha kuliner tidak pernah mendapatkan sosialisasi mengenai peduli sampah, tapi yang diarahkan oleh setiap wilayah adalah bagaimana untuk bayar retribusi sampah tidak macet. Sangat disayangkan apabila pDinas Lingkungan Hidup hanya menerapkan “Retribusi” saja tapi tidak pernah diberikan sosialisasi pengelolahan sampah atau limbahnya. Dan ini akan berdampak pada penilaian ADIPURA. Apalagi untuk wilayah Jakarta Utara, ketika saya melintas dan masuk ke wilayah Jakarta Utara banyak sekali tumpukan sampah baik itu jalan utama maupun di jalan-jalan protokol, apalagi di wilayah Cilincing masih ada beberapa warga yang membakar untuk membuat arang hingga asapnya tebal. Saya dapat memastikan bahwa Jakarta Utara akan GAGAL lagi dalam meraih ADIPURA jika beberapa hal ini tidak dapat di selesaikan, ” imbunya.
Kepala Suku Dinas (Sudin) Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Utara Edi Mulyanto terkait dengan sampah dan penilaian ADIPURA hingga saat ini tidak bisa dihubungi atau alias BUNGKAM.
Penulis : Aloy