Jakarta, metromedia.id – Memperingati Hari Laut Sedunia, Perhimpunan Masyarakat Maluku Indonesia mempersembahkan inisiatif ‘Maluku Tabaos’. Ini sebagai momentum penting mempercepat pembangunan Maluku serta mendukung Indonesia menjadi poros maritim pada Sabtu, (8/6/2024) di Tugu Proklamasi, Jakarta.
Maluku TABAOS sendiri adalah suatu kearifan lokal masyarakat Maluku dalam tataran pemerintahan adat yang berfungsi sebagai media sosial untuk mempublikasikan atau menyampaikan pesan-pesan dari Raja/ Kepala Pemerintahan kepada masyarakat.
Hadir dalam.acara yang sakral tersebut antara lain; Reza Valdo Maspaitella selaku Raja Rutong – Ketua Majelis Latupati Ambon, Said Assagaff (Gubernur Maluku 2014 – 2019), Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Karel Albert Ralahalu (Gubernur Maluku 2003-2008, 2008-2013), mahasiswa, masyarakat hingga tokoh-tokoh masyarakat Maluku di Jakarta.
Reza Valdo Maspaitella menyebutkan, Maluku merupakan provinsi kepulauan yang 90,7 persen dari wilayahnya adalah laut. Sayangnya kondisi Maluku masih tertinggal, dalam berbagai aspek baik dalam kualitas kehidupan masyarakat, pendidikan kesehatan dan lain.
“Bisa dikatakan sangat mundur dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.
Kondisi ini menurut Reza, berbanding terbalik dengan zaman dulu sebelum abad masehi dan setelah abad masehi, dimana Maluku bagian dari globalisasi pada masa itu. Baik bagian dari globalisasi dan perdagangan dunia, karena rempahnya.
Setelah berabad-abad, hingga hari ini ungkap Reza, Maluku adalah tiga provinsi termiskin di Indonesia. “Harapannya dengan adanya pemerintahan yang baru ke depannya ini, kita Indonesia sedang ada tema untuk menuju Indonesia Emas, komponen dari generasi muda Maluku khususnya yang ada di kemahasiswaan yang ada di Jakarta maupun di daerah, merasa perlu adanya sebuah gerakan kebersamaan dari masyarakat Maluku di dalam membangun Maluku, ” urainya.
Menanggapi persoalan ketertinggalan yang terjadi di Maluku, diperlukan konsensus kolektif dari seluruh elemen masyarakat Maluku. Elemen-elemen tersebut mencakup elit, politisi, praktisi, akademisi, pelaku usaha, musisi, artis, LSM, organisasi masyarakat, mahasiswa, serta masyarakat akar rumput. Selain itu, partisipasi aktif dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga sangat penting untuk merespons dan mengawal cita-cita mulia untuk mendorong percepatan pembangunan laut Maluku.
“Kami sebagai generasi muda dan mahasiswa Maluku mengajak seluruh komponen masyarakat untuk berhimpun bersama menjadi satu kesatuan Masyarakat Maluku Indonesia dalam acara ‘Maluku Tabaos’ yang juga bertepatan dengan Hari Laut Sedunia sebagai titik refleksi mendalam terhadap keadaan laut di Maluku. Melalui acara ini, kami berupaya membangkitkan kembali semangat dan komitmen terhadap pembangunan Maluku dan terintegrasi secara nasional berdasarkan karakteristik bangsa bahari,” ujar Christina Rumahlatu selaku Ketua Steering Committee dan Rehan Wattimena selaku Ketua Organizing Committee.
Terkait Maluku Tabaos, Reza menyatakan acara tersebut bagian dari inisiatif para generasi muda Maluku untuk turut berkontribusi mempercepat pembangunan Maluku.
“Mereka datang kepada kami, menyampaikan kegelisahan hatinya sebagai generasi muda pada kami sebagai ketua adat. Apa yang kira-kira bisa dilaksanakan untuk melakukan gerakan untuk mempercepat pembangunan Maluku, ” katanya.
Atas kegelisahan tersebut, ungkap Reza, para pemimpin masyarakat adat mengusulkan konsep pembangunan dari seluruh komponen masyarakat untuk diusulkan pada pemerintah daerah dan pusat. “Apalagi pemerintah pusat di bawah Presiden terpilih Pak Prabowo dan Pak Gibran, memiliki strategi pembangunan Indonesia sebagai Indonesia Emas, dan melihat Maluku ke depan sebagai salah satu komponennya, ” ujarnya.
Ia merinci salah satu konsep pembangunan tersebut adalah dengan membangun Maluku berbasis maritim, mengingat wilayah Maluku banyak terdiri dari laut. Selain itu dari sisi strategis geografis, pada konteks makro Maluku secara regional berada di Indonesia Timur yang dekat dengan Papua dan NTT, wilayah pasifik dengan benua amerika, kepulauan pasifik, Australia dan New Zealand bahkan Filipina, Korea dan dan Jepang.
“Kemudian dari aspek mikro kita bisa membagi Maluku dalam 12 kluster ekonomi. Karena ini bukan daratan sehingga perlu ada strategi klustering atau kekhususan misalnya pulau Buru, Seram, Ambon, Tanimbar, Aru, Maluku Tenggara dan lain-lain sebagai kluster-kluster ekonomi di mana kita melihat bukan hanya lautnya tetapi juga potensi sumber daya alam yang ada serta kearifan masyarakat lokal khususnya ketrampilan, talenta yang ada untuk membangun, ” paparnya.
Untuk melangkah maju, ungkap Reza pihaknya juga telah melakukan percontohan yakni di Rutong. Di sana telah dibuat percontohan mulai dari pembangunan negeri digital pada 2021, membangun ekowisata, membangun dalam konteks program ekonomi biru dan ekonomi hijau dan keterpaduan ekonomi hijau.
Hal ini mengacu pada kearifan lokal Maluku yang hidup dalam dua masa, yakni 6 bulan melaut dan 6 blan di darat. “Saat laut tenang mereka melaut dan saat gelombang tinggi mereka akan masuk ke dusun adat, perkebunan perkebunan cengkeh, pala dan sebagainya untuk bagi hasil darat, ” katanya.
Sehingga konsep pembangunan yang ditawarkan ke depan pengintegrasian dari maritim yang dikaitkan dengan daratan itu merupakan kearifan lokal pada masyarakat Maluku.
“Kita integrasikan supaya antar kawan satu dengan yang lain bisa berdagang, mulai dari diatur suplai chain dari desa ke kota, antar kota kabupaten, dan antar provinsi, ” katanya.
Ke depan, ungkap Reza, pihaknya sedang mempersiapkan satu acara di Jawa Timur untuk membangun suplai chain Indonesia Timur khususnya Maluku, Papua dan NTT akan menyambung ke Pulau Jawa.
“Ini pemikiran yang dihasilkan oleh generasi muda Maluku dan masyarakat adat Maluku dan seluruh komponen nya, kita bertabaos ini harapannya agar setiap masyarakat, mengusulkan dan memberi masukan dari kelompok masyarakat di Jakarta, Ambon, Maluku, kita kumpulkan untuk menjadi sebuah deklarasi di dalam program percepatan pembangunan Maluku, ” katanya.
Ia juga mengatakan ini adalah awal membangun persatuan dan kesatuan. “Sehingga pada presiden terpilih, pemerintah daerah terpilih, sebagai komponen masyarakat bukan datang untuk menuntut tetapi kita sebagai provinsi yang turut memerdekakan bangsa ini akan datang dengan konsep bagaimana membangun Maluku dan bagaimana membangun Indonesia di dalam pengintegrasian ekonomi secara bersama-sama, “ucapnya.
Sebagai tindak lanjut dari Maluku Tabaos akan dilakukan Maluku Binis Forum baik di Jakarta maupun di Maluku. “Supaya terjadi pengintegrasian. Di Jakarta kita memanggil investor dalam negeri dan luar negeri. Dan di Maluku dibuat dalam pengembangan terkait pengembangan UMKM, program kesejahteraan masyarakat. Dari sana harapannya dapat sambutan dari presiden dan wakil presiden terpilih dan gubernur, wali kota terpilih agar menjadi gerakan bersama, untuk menuju Maluku emas Indonesia, “ucapnya.
Terkait forum ini, Said Assagaff dan Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Karel Albert Ralahalu menyatakan forum seperti ini harus sering dibuat agar generasi muda Maluku di Jakarta ini turut bersemangat membangun Maluku. Ia menyatakan laut dan SDA di laut adalah potensi bisa dimanfaatkan dengan baik bisa pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Kita berharap tabaos, menyampaikan aspirasi, mudah-mudahanan pemerintah yang akan datang bisa menerima dan melanjutkan pemerintahan,” pungkasnya.
Reporter: Dayat Hehaitu/ Firdaus
Chief Editor: H. Gamal Hehaitu