Oleh: Hasan Yazid Al-Palimbangy M. Ag
Memaknai Ibadah Haji dan Qurban sebagai Syi’ar Islam
Jama’ah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Mengawali khutbah Idul Adha ini, khatib ingin mengajak diri khatib dan seluruh jama’ah shalat idul adha untuk tak henti-hentinya berusaha semaksimal mungkin, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wata’aalaa dengan cara istiqamah menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Dan menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa terus bersyukur atas nikmat yang Allah Subhanahu wata’aalaa telah karuniakan kepada kita berupa nikmat iman, Islam, nikmat sehat dan panjang umur
Jama’ah shalat Idul Adha rahimakumullah
Sejak terbenamnya matahari kemaren lusa, sampai di penghujung hari tasyriq, gemuruh suara takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil dikumandangkan oleh semua kaum muslimin di seluruh belahan bumi ini, sebagai ungkapan rasa
syukur atas segala nikmat dan karunia Allah Subhanahu wata’aalaa yang telah diberikan kepada kita.
Allah Subhanahu wata’aalaa berfirman
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (Al-Kautsar ayat 1-3 🙂
Melalui ayat ini Allah Subhanahu wata’aalaa ingin menegaskan, mengingatkan dan menyadarkan kepada kita bahwasanya, DIMINTA atau TIDAK DIMINTA betapa banyak nikmat Allah Subhanahu wata’aalaa yang telah dikaruniakan kepada yang tak akan pernah bisa menghitungnya satu persatu dalam kehidupan dunia ini.
“Dan Dia (Allah Subhanahu wata’aalaa) telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur” (Ibrahim : 34)
Kewajiban kita adalah mensyukurinya dalam wujud menggunakannya dalam rangka beribadah kepadaNya. Baik itu ibadah individual seperti shalat dan ibadah sosial seperti berqurban sebagaimana ditegaskan dalam ayat kedua surat al-kautsar.
Jama’ah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Semua bertakbir, semua mengagungkan Allah swt.Karena hanya Allah Subhanahu wata’aalaa sajalah satu-satunya tuhan di muka bumi ini yang pantas diagungkan. Tak satu pun yang dapat menyamai kebesaran dan keagungan-Nya
Mengagungkan Allah Subhanahu wata’aalaa pada hakekatnya adalah mengutamakan atau memprioritaskan urusan ibadah kepada Allah Subhanahu wata’aalaa di atas segala urusan dunia. Bahkan ulama mengatakan bahwa ketika azan telah berkumandang/sudah masuk waktu shalat, maka HARAM hukumnya mengerjakan pekerjaan lain selain shalat.
Allah swt itu kausalitas, mengikuti irma ibadah hambaNya.Semakin kita memprioritaskan/mengutamakan urusan ibadah kepada Allah Subhanahu wata’aalaa, maka Allah Subhanahu wata’aalaa semakin memprioritaskan urusan kita.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [QS. Muhammad: 7]
Gema takbir yg kita lantunkan berulang-ulang seakan Allah Subhanahu wata’aalaa ingin menyadarkan kita bahwa selama ini, kita belumlah mengagungkan serta mengutamakan urusan Allah Subhanahu wata’aalaa. Kita terus sibuk mengagung2kan, membangga-banggakan harta, anak, kedudukan, popularitas, dan perkara dunia lainnya, sehingga membuat ruhani kita menjadi tumpul dan mati. Semua itu benar2 telah melalaikan kita akan mengingat Allah swt bahkan melalaikan kita akan datangnya kematian.
“Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu. * Sampai kamu masuk ke dalam kubur.” [QS. At-Takathur : 1 – 2]
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” [QS. Al-Munafiqun : 9]
Jama’ah shalat Idul Adha rahimakumullah,
*Semua APA dan SIAPA yang ada di bumi dan langit, bertasbih kepada Allah Subhanahu wata’aalaa dgn bertahmid (memujiNya.) yang mengandung makna bahwa zat yang patut dipuji hanyalah Allah Subhanahu wata’aalaa dan pujian seluruhnya hanya diperuntukkan bagi-Nya.
“Langit yang tujuh, bumi dan semua apa dan siapa yg ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS.Al-isro’ : 44)
Semua berTAUHID, menunjukkan suatu pengakuan yang kokoh bahwa Allah adalah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan
berTAHLIL , menegaskan kalimat tahmîd bahwa tidak ada tuhan yang patut diibadahi/disembah kecuali Allah Subhanahu wata’aalaa.
Jangan sampai kita kalah dengan hewan dalam bertasbih kepada Allah Subhanahu wata’ala
Ibadah Haji dan Qurban sebagai Syi’ar Islam
Jama’ah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Haji merupakan ibadah yang teramat sangat agung yang sarat dengan syi’ar dan tanda-tanda kebesaran Alllah Subhanahu wata’aalaa dan bukti kebenaran Islam.
Sebagai salah satu monumen Ilahi (masyairillah/lambang keagungan Islam), ‘Arafah merupakan tempat yang amat penting dan bersejarah. Wukuf di ‘Arafah menjadi inti (Core) dan puncak dari seluruh rangkaian pelaksanaan ibadah Haji. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw dalam hadits riwayat Abu Daud dari Abd. Al-Rahman bin Yu’mar al-Dailiy
“(Inti ibadah) Haji itu adalah Wukuf Di ‘Arafah, maka barangsiapa yang mengetahui (wukuf di ‘Arafah) pada malam ‘Arafah, hingga menjelang terbitnya Fajar dari malam berkumpulnya para jama’ah, maka sungguh hajinya telah sempurna.”
Pernyataan Nabi Muhammad saw. ini, tidak hanya dimaksudkan untuk menunjukkan dari sisi ritualnya saja. Dimana wukuf merupakan rukun haji yang tidak sah ibadah haji seseorang tanpa wukuf di Padang ‘Arafah. Namun, terdapat maksud lain yang ingin beliau sampaikan lewat pernyataannya tersebut.Rasulullah sallahu ‘alaihi wassalam ingin menunjukkan keagungan dan kebenaran agama Islam
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” [QS. Ali ‘Imran: 19]
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa wukuf merupakan salah satu dari keajaiban dunia yaitu berkumpulnya ummat Islam dari seluruh penjuru dunia di satu tempat dalam satu waktu dengan jumlah yang sangat spektakuler yaitu sekitar hampir tiga juta ummat saat wukuf di Arofah.Hanya Islam satu-satunya agama yang mampu melakukannya
Ibadah haji tidak hanya berdimensi ritual akan tetapi juga memiliki dimensi syi’ar dan soaial
Hal lain yang membuat seluruh manusia terkagum-kagum dan tercengang adalah kebenaran firman Allah SWT ayat 27 surat al-hajj
“Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” [QS. Al-Hajj: 27]
Dalam Kitab tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma menceritakan, “Setelah Ibrahim selesai membangun Ka’bah, dikatakan kepadanya: Serulah manusia melaksanakan Haji! Ibrahim menjawab: Wahai Tuhanku, apakah suaraku sampai ke mereka? Allah swt berfirman: Serulah, dan kami menyampaikan –seruan itu-. Kemudian Ibrahim berseru: “Wahai manusia, telah diwajibkan haji ke Baitul ‘Atiq (baitullah) atas kalian, maka berhajilah kalian.” Ibnu Abbas melanjutkan, “Apa saja yang ada di antara langit dan bumi mendengar seruan itu,_ tidaklah engkau lihat manusia dari penjuru bumi datang bertalbiyah?!” Dalam lafadz lain dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata: Ibrahim berdiri di atas batu lalu menyeru, “Wahai manusia, diwajibkan haji atas kalian. Orang-orang yang masih di sulbi para laki-laki dan di rahim para wanita mendengarnya. Lalu orang-orang beriman menjawabnya dan orang-orang yang telah Allah catat akan berhaji sampai hari kiamat “Labbaika Allahuma Labbaika (Kami penuhi seruan-Mu, ya Allah. Kami penuhi seruan-Mu, Ya Allah).”_ (Diriwayatkan Al-Faqihi dengan isnad shahih)
Saat menerima perintah dari Allah Subhanahu wata’aalaa untuk berseru kepada seluruh manusia untuk menunaikan ibadah haji, nabi Ibrahim AS sempat ragu apakah seruannya sampai kepada seluruh manusia. Allah SWT berfirman kepada nabi Ibrahim ‘alaihissalam : Wahai Ibrahim, sampai tidaknya seruanmu kepada seluruh manusia seantero dunia ini bukan urusanmu tapi urusanKu.
1400 tahun kemudian keraguan nabi Ibrahim ‘alaihissalam terjawab. Sekarang ini semua mata manusia apapun agamanya menyaksikan kebenaran firman Allah SWT ini. Jutaan ummat Islam berdatangan dari seluruh dunia untuk menunaikan ibadah haji. Sebuah ibadah yang tidak hanya berdimensi ritual tapi juga syarat dengan dimensi sosial ekonomi bagi umm Islam dunia umumnya dan Saudi Arabia khususnya. Tanpa melakukan promosi/iklanpun jutaan manusia terus berdatangan setiap tahunnya untuk berhaji bahkan setiap saat untuk berumroh.
Maha benar Allah SWT dengan segala firman-nya.
- Kalimat talbiyah dan memenuhi Panggilan ibadah secara istiqamah*
Jama’ah shalat Idul Adha rahimakumullah,
“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujian dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan (juga milik-Mu).”
Kalimat TALBIYAH ini berulang-ulang dan tak henti-hentinya bahkan paling banyak diucapkan para jama’ah calon haji. Baik sebelum berangkat haji, saat berhaji bahkan sepulangnya dari berhaji
Apa rahasia dibalik berulang-ulangnya
kalimat talbiyah ini dikumandangkan ?
Rahasia dibalik berulang-ulangnya kalimat talbiyah dikumandankan adalah Allah Subhanahu wata’aalaa ingin mengingatkan kepada jama’ah haji khusunya dan kita umat Islam umumnya untuk secara istiqamah, continue serta terus menerus memenuhi seruanNya untuk beribadah menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya sampai mati. Sejatinya kesungguhan istiqamah beribadah jangan saat berhaji saja, akan tetapi dilanjutkan sepulangnya dari berhaji sampai hayat di kandung badan. Karena itulah barometer kemabruran ibadah haji.
“Beribadalah kepada Allah SWT sampai mati” [QS. Al-Hijr : 99]
★ Ibadah Arbain disamping memiliki pahala yang luar biasa besarnya, ia juga sebagai ajang tarbiyah agar terbiasa istiqamah shalat berjama’ah di masjid sepulangnya ke tanah air
★Kebiasaan bangun tidur dinihari untuk bisa shalat di dalam masjid haromz disamping pahalanya yang luar bisa, juga ajang tarbiyah agar terbiasa istiqamah qiyamullail sepulangnya ke tanah air
Janganlah kita menyesal di kemudian hari. Jangan sampai baru mau beribadah saat sudah tidak bisa lagi beribadah. Saat sakratul mau kita sudah menyesal apalagi setalah wafat
“Dan berikanlah peringatan (wahai Muhammad) kepada manusia pada hari (ketika) azab datang kepada mereka, maka orang yang zhalim berkata, “Ya Tuhan kami, berilah kami kesempatan (kembali ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau (untuk menjalankan semua perintahMu dan menjauhi segala laranganMu) dan akan mengikuti (Sunnah) rasul-rasul.”
[QS. Ibrahim : 44].
Dahsyatnya Ibadah Qurban (Udhiyah)
Jama’ah shalat Idul Adha rahimakumullah,
“Salam sejahtera bagi Ibrahim” (QS. Asshoffaat : 109)
Selamat … ! Selamat … ! Selamat … !
Selamat duhai Ibrahim … !
Bumi dan langit hampir pecah oleh gemuruh ucapan selamat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata’aalaa beserta seluruh MalaikatNya kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang telah lulus atas ujian yg maha dahsyat dari Allah Subhanahu wata’aalaa berupa ketaatan dan kepatuhan yang luar biasa dalam melaksanakan perintahNya
“Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata.” (QS. Asshoffaat : 106)
Bagaimana dengan iman kita yang tidak diuji dengan mengorbankan anak. Kita hanya diuji dengan mengorbankan harta demi mentaati perintah Allah Subhanahu wata’aalaa dengan berqurban menyebelih seekor domba
Dengan demikian Ibadah qurban itu adalah UJIAN KEIMANAN. Apakah kita sudah meletakkan cinta kita kepada Allah di atas cinta kita kepada dunia termasuk anak dan harta***
Hasan Yazid Al-Palimbangy M. Ag
Juru Da’wah (da’i/muballigh). Khatib dan narasumber pengajian mingguan, bulanan di masjid-masjid perumahan dan kantor dan penulis buku-buku agama Islam.)
Domisili :
Thali’a Clauster (Ps. Ceger) Jl. Musholla Nurul Huda No.1, blok B12Jurang Mangu Barat, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15222
HP/WA +62852-1737-0897